1. Pengertian dan Latar Belakang Terapi Humanistik Eksistensial
Terapi
eksistensial adalah hubungan antara terapi dengan kliennya. Hubungan
ini disebut pertemuan. Pertemuan adalah kehadiran asal satu kehidupan dengan kehidupan yang lain, yakni sebuah “ketersingkapan” satu kehidupan terhadap yang lainnya. Berbeda dengan terapi-terapi formal, seperti
terapi gaya Freud, atau terapi-terapi yang “teknis”, seperti terapi gaya
behavioris, para terapis eksistensial sepertinya ingin terlibat intim
dengan klien. Saling beri dan saling terima adalah bagian paling alami
dari pertemuan, bukan untuk saling menghakimi dan memojokkan.
Para
analasis eksistensial menyadari kompleksitas manusia yang mereka hadapi
di ruang-ruang praktek mereka. Mereka menyadari bahwa manusia bukan
hanya merupakan makhluk biologis atau fisik, melainkan juga sebagai
makhluk yang unik dan mempunyai kesadaran. Dengan perkataan lain,
manusia tidak lain adalah tubuh (organisme) yang berkesadaran. Oleh
sebab itu, mereka beranggapan bahwa pendekatan analisis eksistensial
tentunya diperlukan, karena menwarkan kejernihan analisis atas
pasien-pasien mereka. Gejala manusia dan pengalaman-pengalamannya tentu
saja tidak bisa dikuantitafikasikan dan digeneralisasi begitu saja.
Perlu pengungkapan yang lebih spesifik.
2. Fungsi dan Peran Terapis
Meskipun
terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, dikalangan terapis
eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut tugas-tugas dan
tanggung jawab terapis. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi
humanistik memilih orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
- Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
- Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
- Keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
- Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif positif.
- Kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
- Mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3. Konsep Utama Pendekatan Humanistik Eksistensial
- Kesadaran diri, Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang, semakin ia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia.Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling. Kesadaran diri banyak terdapat pada akar kesanggupan manusia, maka putusan untuk meningkatkan kesadaran diri adalah fundamental bagi pertumbuhan manusia.
- Kebebasan tanggung jawab. kecemasanKesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian.
- Penciptaan makna. Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang
bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
4. Teknik Terapi
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.5. Kekurangan Terapi Humanistik EksistensialSalah satu konsep ekstensial yang paling ditentang oleh kalangan psikologi “ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa yang diinginkannya. Jika benar, maka konsep ini sudah pasti meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tentang tingkah laku yang sangat deterministik. Karena jika manusia benar-benar bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan control akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas.
Sumber :Corey, Gerald. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco.