Istilah
terapi tingkah laku atau konseling behavioristik berasal dari bahasa Inggris Behavior
Counseling yang untuk pertama kali digunakan oleh Jhon D. Krumboln
(1964). Krumboln adalah promotor utama dalam menerapkan pendekatan
behavioristik terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan aliran yang sudah
dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang
memandang hubungan antar pribadi, antara konselor dan konseling sebagai
komponen yang mutlak diperlukan dan sekaligus cukup untuk memberikan bantuan
psikologis kepada seseorang. Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antar
pribadi itu tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam
prilaku konseling memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.
2. Konsep Utama, Ciri-ciri dan Tujuan Terapi Tingkah Laku
Konsep
utama terapi tingkah laku ini adalah keyakinan tentang martabat manusia, yang
sebagai berikut :
a. Manusia
pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah
berdasarkan bekal keturunan dan lingkungan (nativisme dan empirisme), terbentuk
pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas kepribadiannya.
b. Manusia
mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang
dilakukannya dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
c. Manusia
mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku yang baru
melalui suatu proses belajar. Kalau pola-pola lama dahulu dibentuk melalui
belajar,pola-pola itu dapat diganti melalui usaha belajar yang baru.
d. Manusia dapat mempengaruhi
perilaku orang lain dan dirinya dipengaruhi oleh perilaku orang lain.
Adapun
ciri-ciri terapi tingkah laku itu sendiri adalah :
a. Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment
c. Perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah
d. Penaksiran obyektif atau hasil-hasil terapi.
Sedangkan
tujuan dari terapi tingkah laku itu adalah antara lain :
a. Bahwa
tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala suatu gangguan tingkah laku dan
setelah gejala itu terhapus, gejala baru akan muncul karena penyebabnya tidak
ditangani.
b. Tujuan
klien ditentukan dan dipaksanakan oleh terapi tingkah laku.
3. Teknik-teknik Terapi
Tingkah Laku
Ada lima macam teknik terapi tingkah
laku, yaitu :
a. Desensitisasi Sistematik
Teknik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara
negatif dan menyertakan pemunculan tingkah laku yang hendak dihapus.
b. Teknik Inflosif dan
Pembanjiran
Teknik ini berlandasakan kepada paradigma penghapusan eksperimental.
Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus dalam kondisi berulang-ulang tanpa memberikan penguatan.
c. Latihan Asertif
Teknik
ini diterapkan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan
bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang
layak benar. Latihan atau teknik ini membantu orang yang :
# Tidak mampu mengungkapkan
kemarahan atau perasaan tersinggung
# Memiliki kesulitan untuk
mengatakan tidak
d. Teknik Aversi
Teknik
ini digunakan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik dengan
stimulus yang menyakitkan sampai stimulus yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Stimulus aversi
ini biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan.
e. Pengkondisian Operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang mencari ciri
organisme yang aktif, yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.
4. Hubungan antara klien dan terapis
Hubungan antara terapi dan klien memberi
kontribusi yang signifikan bagi proses perubahan perilaku. Sehingga terapis
dituntut memilki skill yang tinggi dalam membangun rapport pada klien.
SUMBER :
0 komentar:
Posting Komentar